Seputar kluthuk Jaladara
Sepur Kluthuk Jaladara merupakan rangkaian lokomotif uap
kuno dengan dua gerbong wisata. Lokomotifnya seri1218 dibuat oleh Maschinenbau
Chemitz Jerman pada tahun 1896, sedangkan gerbongnya dibuat dengan bahan baku
utama kayu jati pada tahun 1906 yaitu CR 16 dan TR 144 dengan interior klasik
berbahan kayu jati.
Sepur Kluthuk Jaladara mulai beroperasi pada tanggal 27
September 2009 setelah diresmikan pada
tanggal 17 September 2009 oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia (Waktu
itu) Jusman Syafii Djamal.
Rel Kereta Api
Sepur Kluthuk Jaladara memanfaatkan rel kereta api yang
melintas di tengah kota Solo yang berdampingan dengan jalan protocol kota yaitu
jalan slamet Riyadi yang dulunya dibangun oleh Nederlandch Indische Spoorweg
Maatschhappi (NISM), sebuah perusahaan swasta masa Pemerintahan Kolonial
Belanda pada awal abad 20.
Rel kereta api ini merupakan satu-satunya herritageyang
masih tersisa di Indonesia dan dipertahankan oleh pemerintah kota
Surakarta/Solo. Rel tersebut dulunya untuk jalan kereta kencana Raja dan term
pengangkut toewan kulit putih yang ditarik kuda.
Jaladara sesungguhnyaadalah menapaki rute term di jaman
colonial seabad silam. Term melayani perjalanan dari Purwosari hingga Stasiun
Sangkrah dengan sejumlah titik pemberhentian seperti di Kebon Raja Taman
Sriwedar, Pasar Pon, Kampung Derpoyudan, Kampung Kauman dan di depan Benteng
Vestenburg. Dari atas Jaladara, semua itu seperti hadir kembali.
Jaladara memulai perjalanan dari Stasiun Purwosari yang
dibangun pada tahun 1875 oleh Sang Arsitek, Thomas Karsten, atas perintah
Mangkunegara IV. Di Stasiun ini lah, hasil pekebunan dan industry vorstenlanden
(wilayah kerajaan kasunanan dan Mangkunegaran).
Di angkut menuju ke kota lain. Sebelum berangkat, Penumpangg sepur
kluthuk Jaladara dapat menyaksikan persiapan yang dilakukan masisnis dan kru
kereta seperti menyiapkan pembakaran ketel uap. Siapapun bisa menyaksikan
“perut” lokomotif, sebuah kesempatan yang saying jika dilewatkan untuk
diabadikan. Perjalanan dimulai menyusuri perkampungan Purwosari hingga membelah
jalan Slamet Riyadi melalui rel bengkong (rel yang menikung).
Dari atas Jaladara akan disaksikan berbagai pemandangan Kota
Solo, sebelum berhenti didepan Loji Gandrung yang terletak di kampong
Penumping. Loji Gandrung, merupakan bangunan kuno ynag kini di fungsikan sebgai
rumah dinas walikota yang konon di bangun oleh Jansen, seorang bekas tentara
kompeni yang menjadi raja kopi di Jawa.
Jaladara bergerak ketimur Taman Sriwedari. Taman ini dulunya
dikenal denga Bon Raja. (Tamn Raja berfungsi sebagai taman rekreasi,hiburan dan
tempat peristirahatan para kerabat keratin Surakarta Hadiningrat(, dan
dilanjutkan menuju kampyng batik Kauman yang menjadi tempat untuk mendapatkan souvenir
khas Solo. Disini juga diberi kesempatan untuk melihat batik tulis.
Stasiun Kota Sangkrah menjadi tujuan akhir. Stasiun yang
dibangun pada tahun 1922 oleh NISM, dahulunya merupakan wilayah Kasunanan
Surakarta.
Seluruh perjalanan pulang regi dan aktvitas di titik-titik
pemberhentian ditempuh dalam waktu 3 jam. Sebuah perjalanan singkat yang tidak
akan pernah terlupakan.
Pemesanan dan Biaya
Untuk menikmati perjalananmenumpang sepur kluthuk jaladara
ini, dapat menghubungi;
1.Dinas perhubungan Komunikasi Informatika Kota Solo, Jl.
Menteri Supeno No.7 Surakarta Telp.(0271) 7096 111, dengan kontak person
Indri (085642005156)
Sandi(085229790462)
2.Toursm Information Center (TIC) Dinas Kebudayaan dan
pariwisata Kota Solo, Jl Slamet Riyadi, Telp (0271) 711435 dengan kontak person
Patrick.
Sepur Kluthuk Jaladara dapat membawa maksimal 50 kursi
penumpang dengan biaya Rp 3,5 juta.
Diposkan: (hamzah)
No comments:
Post a Comment