SHARE

Sunday, July 14, 2013

Budaya Konsumtif di Bulan Ramadan

Saat-saat bulan Ramadan pun tiba. Tetapi sering kita melihat mayoritas warga Negara Indonesia membiarkan kebiasaan ngabuburit membudaya pada amal mereka. Kita semua tahu bahwa seharusnya bulan puasa adalah bulan dimana kita seharusnya banyak-banyak beribadah mengurangi makan minum. Menahan diri dari hawa nafsu. Tetapi menjelang berbuka amalan puasa yang kita jalani di pagi hari hingga petang seakan tidak ada hasilnya. Berbagai persiapan sebelum berbuka sangat berlebihan sehingga tidak memikirkan kapasitas perut kita. Budaya tadarusan sebelum menjelang berbuka sudah tidak lagi membudaya di hati masyarakat.
Seolah setiap hari kita berbelanja berlebihan hanya untuk berbuka sekali saja. Padahal kita sedang berpuasa, yaitu membatasi makan minum dan menahan hawa nafsu. Esensi dari puasa sendiri itu akan pudar. 
Setidaknya kita sebagai umat muslim lebih baik kita bersama menyambut bulan ramadan dengan amalan-amalan yang semestinya.Kita persiapkan saat-saat berbuka dengan secukupnya saja jangan sampai berlebihan. Sedangkan efek lain yang termasuk dari budaya yang tidak wajar ini adalah naiknya harga-harga bahan makanan di pasaran. Yang bahkan melonjak sangat tinggi. Ambil contoh harga Lombok per kilo saja di tahun ini di daerah Surabaya mencapai seratus ribu per kilo. Bahkan lebih mahal dari harga daging. Sebab itu marilah kita semua saling menyampaikan dan menasehati sesamanya untuk tidak berlebihan ketika berbuka. Dan juga mari kita semua hindari budaya-budaya yang terlanjur menjamur di masyarakat yaitu ngabuburit yang menghilangkan esensi Puasa Ramadan.

by:Hamzah
syaratilmu.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Site Info