Tampaknya semua yang aku saksikan di hari ini sebuah hal
yang tak ku perhitungkan sebelumnya. Aku mulai dengan sebuah langkah baru.
Menapakki bumi mengelilingi lautan diri.
Setitik noda menghiasi lembaran
lama. Semua aku tinggalkan untuk
persiapan hari ini. Setelah berberapa tahun aku tak punya sedikitpun perhiasan.
Akupun membawa diriku pulang ke halaman dunia. Aku rasa hari ini tak perlu ada
yang dikhawatirkan. Sampai sebuah waktu saat langit merah telah menghilang
menutupi rahasia keindahan cahaya mentari. Aku memperkirakan hari itu akan
berjalan sesuai apa yang aku ingini.
Setelah semua urusanku saat itu beres aku bergegas menuju
cermin dan berbicara” kamu tak harus memaksa menjalani ini !”. Sekilas aku
melihat bayangan cermin disisi yang lain tampaknya ada sesuatu yang baru
dirumah. Aku cuba hampiri dan menjalin kehangatan selayaknya saudara lama.
Seperti biasa tampaknya aku belum terbiasa dengan kedatangan tamu seperti dia.
Bersama 2 rekannya dia berbicara dengan bahasa orang tua. Sesaat aku sangat kagum
mendengar caranya berbicara. Tak hanya itu rasanya aku merasakan keberanian
seseorang masuk ke dadaku. Entah apa itu. Aku katakan”Siapakah engkau..?
mengapa menyelinap masuk ke ruangan ini..?, sebelumnya tak ada yang bisa masuk
kesini setelah beberapa tahun, Aku Tanya padamu apa yang kau bawa sehingga
hampir hatiku mempersilahkanmu dengan lembut sampai penjaga tak menyadarinya..?”.
Aku kebingungan ataukah aku lupa rasa
ini. Pintu ini sempat tertutup rapat ternyata kekuatan lain membantu membuka
sampai aku tak sadar dan hanya bisa terdiam menyaksikannya berbicara. Aku tak
terbiasa berbicara bahasa orang tua tapi aku cuba bertanya semampuku. Ternyata
pertanyaanku semakin membuka pintu ini yang akhirnya aku tak sadar kembali saat
orang dalam mempersilahkannya dengan ramah.
Sempat aku menyadari kenangan bersama Tuhanku. Ketika Dia
membimbingku dengan cara-Nya. Saat itu juga menyelinap dalam hatiku kata-kata
“hati-hati!!!”. Aku tak bisa memperkirakan seberapa kuat lawanku yang ini
serasa musuh sangat pandai memenangkan perasaan ini. Akhirnya aku terhanyut
juga didalam aliran takdir.Aku tau saat itu aku melakukan hal yang tak
terkontrol dengan mudahnya aku persilahkan orang luar masuk menemuiku lewat
pintu yang ini. Sungguh bodoh aku saat itu. Aku tak tau kenapa hal ini terjadi.
Ketika aku sudah tak bisa menemukannya di rumah ini, terasa rumahku hancur
menjadi kaca yang memantulkan bekas pembicaraan kami.
Baca kelanjutannya pada artikel berikutnya
Cahaya dibalik putus asa (bag 2)
Cahaya dibalik putus asa (bag 2)
Diposkan : (hamzah)
No comments:
Post a Comment