SHARE

Friday, September 27, 2013

Cahaya dibalik putus asa (bag 1)

Tampaknya semua yang aku saksikan di hari ini sebuah hal yang tak ku perhitungkan sebelumnya. Aku mulai dengan sebuah langkah baru. Menapakki bumi mengelilingi lautan diri.  Setitik  noda menghiasi lembaran lama.  Semua aku tinggalkan untuk persiapan hari ini. Setelah berberapa tahun aku tak punya sedikitpun perhiasan. Akupun membawa diriku pulang ke halaman dunia. Aku rasa hari ini tak perlu ada yang dikhawatirkan. Sampai sebuah waktu saat langit merah telah menghilang menutupi rahasia keindahan cahaya mentari. Aku memperkirakan hari itu akan berjalan sesuai apa yang aku ingini. 


Setelah semua urusanku saat itu beres aku bergegas menuju cermin dan berbicara” kamu tak harus memaksa menjalani ini !”. Sekilas aku melihat bayangan cermin disisi yang lain tampaknya ada sesuatu yang baru dirumah. Aku cuba hampiri dan menjalin kehangatan selayaknya saudara lama. Seperti biasa tampaknya aku belum terbiasa dengan kedatangan tamu seperti dia. Bersama 2 rekannya dia berbicara dengan bahasa orang tua. Sesaat aku sangat kagum mendengar caranya berbicara. Tak hanya itu rasanya aku merasakan keberanian seseorang masuk ke dadaku. Entah apa itu. Aku katakan”Siapakah engkau..? mengapa menyelinap masuk ke ruangan ini..?, sebelumnya tak ada yang bisa masuk kesini setelah beberapa tahun, Aku Tanya padamu apa yang kau bawa sehingga hampir hatiku mempersilahkanmu dengan lembut sampai penjaga tak menyadarinya..?”. Aku kebingungan ataukah   aku lupa rasa ini. Pintu ini sempat tertutup rapat ternyata kekuatan lain membantu membuka sampai aku tak sadar dan hanya bisa terdiam menyaksikannya berbicara. Aku tak terbiasa berbicara bahasa orang tua tapi aku cuba bertanya semampuku. Ternyata pertanyaanku semakin membuka pintu ini yang akhirnya aku tak sadar kembali saat orang dalam mempersilahkannya dengan ramah.  


Sempat aku menyadari kenangan bersama Tuhanku. Ketika Dia membimbingku dengan cara-Nya. Saat itu juga menyelinap dalam hatiku kata-kata “hati-hati!!!”. Aku tak bisa memperkirakan seberapa kuat lawanku yang ini serasa musuh sangat pandai memenangkan perasaan ini. Akhirnya aku terhanyut juga didalam aliran takdir.Aku tau saat itu aku melakukan hal yang tak terkontrol dengan mudahnya aku persilahkan orang luar masuk menemuiku lewat pintu yang ini. Sungguh bodoh aku saat itu. Aku tak tau kenapa hal ini terjadi. Ketika aku sudah tak bisa menemukannya di rumah ini, terasa rumahku hancur menjadi kaca yang memantulkan bekas pembicaraan kami. 

Baca kelanjutannya pada artikel berikutnya 
Cahaya dibalik putus asa (bag 2)
Diposkan : (hamzah)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Site Info