![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk0tdumh8WhDCOixngu-a8Tbx45HYKrt3Ng-VeltrZovUqk2vMCO-BhHqlAv-0M3zVhph0OM2qYx_ECthtZRgXaoDcu5-G1uf41IPTUMzTffVs2RLxqzmwxArDujX4EZPvcZa01ZOuzNI/s1600/kaca.jpg)
berapa banyak aku melakukan maksiat yang jelas hatiku terus mengikutinya. Begitu terus sampai beberapa tahun lamanya aku didepan cermin nyang sangat kotor itu.
Era baru
muncul membuka hatiku menatap masa depan. Masa kelam tertinggal dan terkubur
didalam lantunan dzikir yang dalam. Ditengah pembersihan itu aku melihat banyak
sekali kenangan, angan-angan, keinginan, harapan, ketakutan, kerinduan. Tetapi
setelah semua terpahami semua akan hilang secara perlahan. Ibu yang baik hati,
Ayah yang bertanggung jawab, teman yang setia,
kekasih yang mencintai, amal yang dilakukan dengan keakuan, dan semua perhiasan yang merindukan semua itu hilang dan pergi. Aku bertanya kedalam cermin kotor ini,”Apakah ini….?”,Kenapa datang dan pergi?, Apa maksut semua ini wahai Tuhanku..???, kenapa juga aku harus dilahirkan??, apakah hidup untuk memiliki?, apakah hidup untuk menikmati?, apakah hidup untuk merasakan?, sungguh akau belum paham ini wahai Tuhanku??”. Tanda Tanya besar menyelimuti seluruh hatiku hingga tak bisa aku berpikir jernih setelah itu. Tiba-tiba pemahaman itu muncul. Bijih kayu sudah habis berulangkali aku masih menunggu jawaban ini. Aku hampir putus asa menunggu jawaban itu, saat itu aku sudah tak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa merasa. Sampailah pada titik dimana Aku tak berdaya sedikitpun tanpa terkecuali.
kekasih yang mencintai, amal yang dilakukan dengan keakuan, dan semua perhiasan yang merindukan semua itu hilang dan pergi. Aku bertanya kedalam cermin kotor ini,”Apakah ini….?”,Kenapa datang dan pergi?, Apa maksut semua ini wahai Tuhanku..???, kenapa juga aku harus dilahirkan??, apakah hidup untuk memiliki?, apakah hidup untuk menikmati?, apakah hidup untuk merasakan?, sungguh akau belum paham ini wahai Tuhanku??”. Tanda Tanya besar menyelimuti seluruh hatiku hingga tak bisa aku berpikir jernih setelah itu. Tiba-tiba pemahaman itu muncul. Bijih kayu sudah habis berulangkali aku masih menunggu jawaban ini. Aku hampir putus asa menunggu jawaban itu, saat itu aku sudah tak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa merasa. Sampailah pada titik dimana Aku tak berdaya sedikitpun tanpa terkecuali.
“Apa ini..???, apakah ini jawabanya wahai Tuhanku, sungguh
aku tak bisa mengungkapkannya dengan apapun, apakah ini sesuatu yang
mutlak..??, apakah ini juga yang dinamakan kesempurnaan, aku merasa tak hidup
lagi, tetapi jika aku katakan diriku mati, tapi aku masih bernyawa, wahai
Tuhanku……?”. “Ingatlah wahai hambaKu…!!!”. “Kenapa Engkau panggil aku hambaMu….??,
aku ini mahluk yang tak pantas dengan panggilan itu”.”Wahai Hamaba Ku….!!!,
selamanya kau tetap hambaKu”. Aku rasa kaca ini mulai berkerigat sampai
membanjiri seluruh bijih kayu. “Sekarang apakah kau paham hambaKu…, Apa kau
menghawatirkan tali itu….”.”Aku tau Engkau lebih mengetahuinya..sedangkan aku
hanya mengikuti prasangkaku”. “Apa kau anggap tali yang mengikatmu itu sebagai
sesuatu diluar diriKu, Ingatlah ini, Aku akan mengilhamkanmu ini…”. “Sungguh
aku tak tahu?”.”Semua yang kau anggap apa itu cubaan, kekecewaan, kesedihan,
kegembiraan, dan merindukan hatimu termasuk tali itu, jangan kau anggap Aku
terpisah dari semua itu, jika kau pahami bahwa semua itu ulah-Ku maka Aku akan
hilangkan segala yang membuatmu sedih, segala yang membuatmu gelisah, segala
yang menyebabkanmu kecewa, dan semua harapan palsu”. Sampai semua itu berakhir
tubuhku terasa kembali ,kemudian disusul jiwaku ,selanjutnya angin rasa juga
kembali beserta pikiran yang jernih. Aku berdiri dengan langkah gontai yang
membuatku hilang keseimbangan. Pandangan kosong menyelimuti mataku, hatiku
kosong, pikiranku kosong. Aku tak bisa mengontrol pikiranku, hati ku bersemi
kerinduan yang mutlak. Kepalaku terdorong kebawah. Sampai pada suatu keadaan
dimana jika aku melirik adalah lalai, jika aku berkeinginan lain adalah lali,
jika aku bernafas karena ingin terus hidup adalah lali, jika aku berjalan
adalah lalai. Aku merasa ada yang menggantikanku menjalani ini semua.
Setelah semua tadi kulalui aku harap segala perjalananku tak putus disini.
Meskipun perutku sudah penuh dengan perasa tetap saja masih tersisa banyak
tanda Tanya besar. Setidaknya aku jauh lebih lega dari yang sebelumnya. Sudah
berulangkali mataku membengkak karena kebodohanku. Sudah berkali-kali pula
Hujan deras menerpaku. Aku yakin ada hal diballik terciptanya semua ini. “Apakah maksut firmanmu ini,, wahai Tuhanku.?”
Q.S.Adz Dzaariyat, 51: 56:
“Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun.”
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.”
“Sedangkan mengapa pula aku harus menyembahMu padahal Kau pusakai aku
kebebasan berkehendak?, tetapi semua ujian ini silih berganti datang dan
meninggalkanku begitu seterusnya sampai aku meninggalkan jasad ini”.”Ingatlah…
kamu dahulu tidak ada kemudian Kami adakan,apa kau tau bagaimana cara
menyembahKu….”.”Aku memang belum tau tetapi kekasihMu memberikan petunjuk
bagaimana menyembahmu”.”Bagaimana kau mau menyembahku jika kau tidak mengenalKu
wahai Hamba Ku”. “Mengenal….?”. Aku terus masuk kedalam lubang kebingungan. Aku
berpikir semua ini adalah bukti adanya Tuhan. Tetapi ternyata semua bukti itu
belum bisa di sandarkan dengan mengenal.Aku sempat berlari dari semua kenyataan
ini, tetapi aku tak bisa melakukannya. Sungguh aku tak bisa. Akhirnya angin
putus asa menerpaku dengan kuat. Sampai datang kepadakku ingatan tentang ayat
suci yang mengakhiri semua pertanyaanku saat itu.
QS AL-MU’MINUN ,23:115
Artinya: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami ?
Ternyata aku memang harus kembali kerumahku setelah lama berkelana kesana
kemari tanpa arah tujuan. Aku rasa disanalah asalku dan bersama orang-orang
yang aku kasihi dan cintai. Aku lupa bahwa semula materi hidup adalah satu.
Diposkan: (hamzah)
No comments:
Post a Comment