SHARE

Saturday, February 16, 2013

Sa'ad Bin Abi Waqqash Ra

Sa'ad bin Abi Waqqash
Sa'ad bin Abi Waqqas

Syaratilmu.com-Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga dan termasuk kelompok As-Sabiquna Al Awwalun atau sahabat yang pertama-tama masuk Islam. Beliau adalah pejuang dalam perang Badar dan Hudaibiyah. Beliau masuk Islam pada usia 17 tahun.
Saad lahir dan besar di kota Mekkah. Ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan rambut pendek. Orang-orang selalu membandingkannya dengan singa muda. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meski berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianut masyarakatnya. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu.

Pandangan Sa'ad bin Abi Waqqash

WaqqasMenurut Sa'ad bin Abi Waqqash, mencintai orang tua bukan berarti harus mengorbankan prinsip hidup.
Itu dilakukannya saat dia telah menerima Islam yang diajarkan oleh Rasulullah, kemudian dia yakini, bahwa hanya Islamlah yang bisa membuat dirinya dan hidupnya bahagia ketimbang kembali menyembah berhala.

Lihatlah statementnya, yang sering dijumpai di sirah-sirah "Duhai bunda, meskipun ada seratus nyawa dalam diri bunda, dan terurai nyawa itu satu per satu, aku akan tetap pada agamaku. Sekarang terserah bunda, apakah hendak meneruskan perbuatan bunda atau hendak makan."

Ibu Sa'ad yang sangat mencintai Sa'ad juga, merasa kehilangan ketika anaknya lari meninggalkan sesembahan nenek moyang, dan menyembah Allah dan mentaati Rasulullah.

Untuk meluluhkan hati Sa'ad, ibundanya mengambil sikap untuk mogok makan, tapi nyatanya tak berkutik sedikitpun sikap Sa'ad untuk meninggalkan Agama Islam yang dibawa Rasulullah, mesikipun ia juga mencintai Ibundanya.

Keistimewaan Sa'ad bin Abi Waqqash

Do’a Seorang Sa’ad yang Senantiasa Dikabulkan

Diriwayatkan dari Qais, bahwa Sa’ad menceritakan kepadaku bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda,
“Ya Alloh, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdo’a.”

Manakala beliau didoakan seperti itu oleh Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, maka setiap do’anya senantiasa dikabulkan oleh Alloh. Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah, dia berkata,

“Suatu ketika penduduk Makkah mengadukan Sa’ad kepada Umar, mereka mengatakan bahwa sholatnya tidak baik. Sa’ad kemudian membantah, ‘Aku mengerjakan sholat sesuai dengan sholatnya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam. Sholatku pada waktu isya, aku lakukan dengan lama pada dua rakaat pertama sedangkan pada dua rakaat terakhir aku lakukan dengan ringkas.’ Mendengar itu Umar berkata, “Berarti itu hanya prasangka terhadapmu wahai Abu Ishaq.’ Dia kemudian mengutus beberapa orang untuk bertanya tentang dirinya di Kufah, ternyata ketika mereka mendatangi masjid-masjid di Kuffah, mereka mendapat informasi yang baik, hingga ketika mereka datang ke masjid Bani Isa, seorang pria bernama Abu Sa’dah berkata, ‘Demi Alloh, dia tidak adil dalam menetapkan hukum, tidak membagi secara adil dan tidak berjalan (untuk melakukan pemeriksaan) di waktu malam. Setelah itu Sa’ad berkata, ‘Ya Alloh, jika dia bohong maka butakanlah matanya, panjangkanlah usianya dan timpakanlah fitnah kepadanya.’”

Abdul Malik berkata,

“Pada saat itu aku melihat Abu Sa’dah menderita penyakit tuli dan jika ditanya bagaimana keadaanmu, dia menjawab, ‘Orang tua yang terkena fitnah, aku terkutuk oleh do’a Sa’ad.”

(HR. Muttafaq ‘Alaihi)

Diriwayatkan dari Ibnu Al Musayyib, bahwa suatu ketika seorang pria mencela Ali, Thalhah dan Zubair. Mendengar itu, Sa’ad menegurnya,

“Janganlah kamu mencela sahabat-sahabatku.’ Tetapi pria itu tidak mau menerima. Setelah itu Sa’ad berdiri, lalu mengerjakan sholat dua rakaat dan berdo’a. Tiba-tiba seekor unta bukhti (peranakan unta Arab dan Dakhil) muncul menyeruduk pria tersebut hingga jatuh tersungkur di atas tanah, lantas meletakkannya di antara dada dan lantai hingga akhirnya ia terbunuh. Aku melihat orang-orang mengikuti Sa’ad dan berkata, ‘Selamat kamu wahai Abu Ishaq, do’amu terkabulkan.’”

Pemanah Ulung

Beliau adalah sahabat yang pertama kali melepaskan anak panah di jalan Alloh. Bidikannya begitu tepat. Beliau terkenal sebagai pemanah yang ulung. Jika beliau memanah akan mengenai sasarannya dengan izin Alloh. Sa’ad bin Abi Waqqash sangat cinta kepada Rosululloh.

Sa’ad bin Abi Waqqash selalu mengikuti peperangan bersama Rosululloh. Pada waktu perang Uhud, Rosululloh berkata kepada Sa’ad, “Wahai Sa’ad, lepaskanlah anak panah, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu!”

Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad, dari ayahnya, bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersumpah demi kedua orang tuanya, Amir berkata,

“Seorang pria musyrik telah membakar kaum muslimin, maka Rosululloh bersabda, ‘Lepaskanlah anak panah, demi ayah dan ibuku. Aku pun mengambil anak panahyang tidak ada runcingannya hingga mengenai keningnya. Pria itu kemudian terjatuh dengan aurat tersingkap, lalu Rosululloh tertawa hingga gigi serinya terlihat.”

Ali bin Abi Thalib rodhiyallohu ‘anhu berkata,

“Rosululloh tidak pernah menggandengkan penyebutan ibu dan ayahnya untuk seorang pun selain kepada Sa’ad bin Abi Waqqash.”

Sa’ad bin Abi Waqqash meninggal dunia di Aqiq ketika sedang berada di dalam istananya, tujuh mil dari Madinah, pada tahun 55 Hijriyah. Beliau dikuburkan di perkuburan Baqi’.


Wafatnya Sa’ad bin Abi Waqqash

Setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, tidak banyak kebaikan dunia yang masih tersisa. Sebagian kaum muslimin saling berseteru dengan sebagian yang lainnya. Adapun Sa’ad berrusaha menjauhkan diri dari fitnah (kerusuhan) tersebut. Dia juga tidak turut berperang dalam kubu ‘Ali ataupun Muawiyah. Akan tetapi, dia lebih memilih untuk tinggal di Madinah yang berada jauh dari tempat terjadinya kerusuhan tersebut. Dia menjadi wali (gubernur) disana.
Ketika hari kematiannya datang, dia sempat berkata, “Aku mempunyai sebuah jubah yang terbuat dari bulu. Ketika menghadapi pasukan kaum musyrikin pada peperangan Badar, aku mengenakan jubah tersebut. Sesungguhnya aku ingin bertemu Allah dengan menggunakan jubah tersebut. Karenanya, kafanilah aku dengan jubah itu bila aku meninggal.”
Pada pagi hari di tahun ke-55 Hijriyah, kaum muslimin melayat Sa’ad. Mereka memakamkannya di Baqi’ di samping kuburan para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (Ummahat Almu’minin) ikut mendoakannya. Mereka semua menangis tersedu-sedu, karena sang pelempar jitu dan pemilik doa yang selalu terkabulkan itu telah meninggal dunia.
Semoga Sa’ad dapat sampai ke surga-surga Allah, serta dapat meraih keridhaan dan ampunan-Nya. Kini yang tersisa hanyalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“ Lemparkan (anak panah ini), wahai Sa’ad. Ayah dan Ibuku menjadi tebusanmu.”

Sumber: Berbagai Sumber

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Site Info